Rabu, 18 Juni 2014

FRAKTUR FEMUR

FRAKTUR FEMUR
I. Pengertian
a. Fraktur / patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Fraktur dapat dibagi menjadi :
1. Fraktur komplit : bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka : bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.
Fraktur terbuka ini terbagi atas 3 derajat, yaitu :
Drajat I :
• Luka 1 cm
• Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap / ovulasi
• Fraktur kominutif sedang
• Kontaminasi sedang
Drajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot dan neuro vaskuler serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur Drajat III terbagi atas:
• Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luas / flap / ovulasi ; atau fraktur segmental / sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
• Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar / kontaminasi masif.
• Luka pada pembuluh darah arteri / sarat perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.
II. Deskripsi Fraktur
Untuk menjelaskan bagaimana keadaan fraktur. Hal-hal yang perlu dideskripsikan antara lain :
1. Komplit / tidak
a. Fraktur komplit → bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui korteks tulang.
b. Fraktur tidak komplit → bila garis patah melalui seluruh penampang tulang.
Seperti : - Hairline fracture
- Buckle fracture / torus fracture, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya, biasanya pada distal radius anak-anak
- Greenstick fracture mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak
2. Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma
a. Garis patah melintang : trauma agulasi/ langsung
b. Garis patah oblig : trauma angulas
c. Garis patah sepiral : trauma rotasi
d. Fraktur kompresi : trauma aksial – fleksi pada tulang spongiosa
e. Fraktur avulsi : trauma tarikan / traksi otot pada inersnya di tulang
3. Jumlah garis patah
a. Fraktur kominutif : garis patah lebih dari 1 dan saling berhubungan
b. Fraktur segmental : garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan, bila dua garis patah disebut pula fraktur bifokal.
c. Fraktur multipel : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya. Misal fraktur femur, fraktur kruris, dan fraktur tulang belakang.
4. Bergeser / tidak
5. Terbuka / tertutup
6. Komplikasi / tanpa komplikasi
FRAKTUR FEMUR
Fraktur femur terbadi menjadi 2 :
1. Fraktur batang femur
2. Fraktur kolum femur
• Fraktur Batang Femur
Fraktur femur, fraktur batang femur mempunyai insiden cukup tinggi diantara jenis-jenis patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah. Fraktur di daerah kaput, kolum, trokanter, subtrokanter, suprakondilus biasanya memerlukan tindakan operatif.
- Manifestasi Klinis
Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda functio laesa, nyeri tekan, dan nyeri gerak. Tampak adanya deformita angulasi ke lateral atau angulasi anterior, endo / ekso rotasi. Ditemukan adanya perpendekan tungkai bawah. Pada fraktur 1/3 tengah femur, saat pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi panggul dan robeknya ligamentum di daerah lutut. Selain itu periksa juga keadaan nervus siatika dan arteri dorsalis pedis.
- Penatalaksanaan
• Pada fraktur femur tertutup
1. Dilakukan traksi dengan metode ekstensi Buck atau didahului pemakaran Thomas splint
2. Tungkai ditraksi dalam keadaan ekstensi
3. Pengobatan non-operatif / operatif. (pada anak-anak biasanya non-operatif)
• Pengobatan non-operatif
Dilakukan traksi skeletal, yang sering metode perkin dan metode balance skeletal traction, pada anak dibawah 3 tahun digunakan traksi kulit Bryant, sedang pada anak usia 3 – 13 tahun dengan traksi Russell.
1. Metode Perkin
Px tidur terlentang. Satu jari dibawah tuberositas tibiadibor dengan steinman pin, lalu ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan 3-4 bantal. Tarikan pertama 12 mgg lebih sampai terbentuk kalus yang cukup kuat. Sementara itu tungkai bawah dapat dilatih untuk gerakan ekstensi dan fleksi.
2. Metode Balance Skeletal Traction
Pasien tidur terlentang. Satu jari dibawah tuberositas tibiadibor dengan steinman pin. Paha ditopang dengan Thomas spint, sedang tungkai bawah lebih sampai tulangnya membentuk kalus yang cukup. Kadang-kadang untuk mempersingkat waktu rawat, setelah di traksi 8 minggu dipasang gips hemispica.
3. Traksi Kulit Bryant
Anak tidur terlentang di tempat tidur. Kedua tungkai dipasang traksi kulit kemudian ditegakkan ke atas, ditarik dengan tali yang diberi beban 1-2 kg sampai kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur.
4. Traksi Russel
Anak tidur terlentang, dipasang plester dari batas lutut. Dipasang sling di daerah poplitea, sling dihubungkan dengan tali yang dihubungkan dengan beban penarik. Untuk persingkat waktu rawat, setelah 4 minggu di traksi, dipasang gips hemispica karena kalus yang terbentuk kuat benar.
• Operatif
Indikasi :
- Penanggulangan non-operatif gagal
- Fraktur multipel
- Robekannya arteri femoralis
- Fraktur patologik
- Fraktur pada orang-orang tua
Pada fraktur femur 1/3 tengah sangat baik untuk dipasang intramedullary nail. Terdapat bermacam-macam intramedullary nail untuk femur, diantara Kuntscher nail, AO nail dan interlocking nail.
Operasi dapat dilakukan dengan cara terbuka atau cara tertutup. Cara terbuka yaitu dengan menyayat kulit fasia sampai ke tulang yang patah. Pen dipasang secara retrograd. Cara interlocking nail dilakukan tanpa menyayat di daerah yang patah. Pen dimasukkan melalui ujung trokanter mayor dengan bantuan image intensifier. Tulang dapat direposisi dan pen dapat masuk ke dalam fragmen bagian distal melalui guide tube. Keuntungan cara ini tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan terbatas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar